2013-07-22

Dialog 2

'Wahai anak muda, kenapa kau selalu mengambil kotak yang berwarna-warni itu ketimbang kotak yang berwarna putih itu?'

'Tidak paman.  Aku hanya ingin mengambil yang itu. Aku sudah tau apa yang ada di dalamnya. Aku sudah dapat merasakan wangi isi di dalamnya walaupun aku belum membukanya. Aku pun dapat merasakan kegembiraan bahkan kesedihan yang sama setiap kali aku membukanya.' 

'Tapi, coba kau tengok kotak itu. Warnanya putih, bersih, dan kemungkinan di dalamnya sebersih kulit luarnya. Bahkan, besar kemungkinannya belum ada apapun di sana.'

'Jika benar di sana masih kosong, aku malas untuk mengisinya paman. Aku enggan mengulangi proses seperti aku mengambil kotak itu, dahulu kala. Aku enggan mengisinya dengan kebahagiaan. Aku enggan menuangkan kesedihan. Atau bahkan, aku enggan menyelimutinya dengan hangatnya kasih sayang. Walaupun, pada akhirnya aku juga memberikan sedikit kebencian di dalamnya.'

'Kenapa kau begitu bersikeras, Nak? Kau bahkan takkan pernah tahu apa yang akan terjadi jika kau membuka kotak putih itu.'

'Aku tidak akan membuka kotak itu paman. Kotak ini adalah kotak yang terbaik.'

'Terbaik? Hahaha. Bagaimana bisa kau sebut itu yang terbaik apabila kau belum membuka kotak putih itu?'

'Tidak, paman. Ini yang terbaik. Karena, kotak ini adalah kotak kenangan. Kotak dengan sejuta kenangan akan seseorang. Dan kotak itu bernama cinta.'

'Cinta? Hahaha. Aku pikir kau begitu pandai. Ternyata kau hanya seorang yang sangat naif. Lebih lama kau membuka kotak cintamu itu, kau akan mati. Mati tersedot oleh kotakmu sendiri.'

'Biarlah paman. Lebih baik aku mati seperti ini, daripada aku harus merasakan kebahagiaan lain melalui kotak yang paman tawarkan kepadaku.'