“Aku ingin sekali melihat bintang malam ini”
“Kau tahu kan kalau langit Jakarta yang bedebu ini menutupi
langit dan angksa, tak akan ada yang kelihatan”
“Aku hanya ingin melihat bintang, itu saja”
“Kau bisa berenang tidak?”
“Bisa, sedikit. Tapi kadang aku takut tenggelam”
“Tidak butuh keahlian renang. Yang penting kau bisa menyelam”
“Aku rasa bisa. Kenapa rupanya”
“Mari kuajak melihat bintang”
Sepanjang perjalanan dari bawah pohon belimbing di depan
rumahku, sampai ke suatu tempat yang ternyata adalah hotel, aku cuma bisa
menggerutu.
“Mana Bintangnya?”
“Udah, diam dulu.Nanti lihat sendiri”
Aku terdiam lama di halaman depan sebuah hotel bintang tiga.
“Buat apa ke hotel sekarang?”
“Jangan berpikir macam-macam dulu. Ayo masuk.”
Terseret seret kakiku melangkah, mengikuti langkah cepat dan
panjang perempuan yang kadang menyebalkan, tapi lebih sering menyenangkan.
“Bawa baju renang gak?”
“Ya enggaklah. Mana ku tahu kalau kita mau ke kolam renang?”
“Yasudah.. pakai baju itu saja. Nyebur yuk?”
“Hah? Sekarang? Malam-malam nyebur ke kolam renang? Ogah!
Dingin tau!”
“Mau Lihat bintang gak?”
“Ada gitu di dasar kolam?”
“Percaya aja, yuk?”
-----------------------------------------------------------
“Sekarang ambil nafas sebanyak mungkin. Lalu segera menuju
dasar kolam. Kalau bisa tahan berat tubuh agar tidak mengambang. Harus bisa
berbaring sampai dasar kolam, bisa?”
“Kalau cuma menenggelamkan diri, aku bisa”
“Coba”
Aku mengambil nafas sangat banyak. Lalu segera menuju dasar
kolam. Ternyata tak segampang dugaanku. Untuk bisa sampai di dasar kolam dan
bertahan, ternyata tidak gampang.
“Susah tau!”
“Coba lagi. Jatuhkan berat badan ke dasar kolam. Sekali sudah
sampai tahan nafas dan jangan gerak lagi”
Setelah beberapa kali mencoba, aku bisa duduk di dasar kolam
“Now What?”
“Tenang nyonya, sekarang ambil nafas lagi yang banyak. Lalu kita
berbaring di dasar kolam. Matanya ditutup ya. Setelah di dasar nanti, baru
dibuka sambil lihat ke atas. Got it?”
“Oke”
Momen yang cuma dua menit itu benar-benar mengagumkan.
Aku menutup mata, menarik nafas sebanyak mungkin, mengisi
paru-paru dan tenggelam.
Berbaring.
Ada dia di sebelahku.
Lalu perlahan aku melihat ke atas.
Dari balik riak riak kecil air kolam renang ini, aku menahan
nafas dan membuka mata.
Perlahan, kelihatan sedikit demi sedikit, dan…
Aku melihat bintang.
Cahaya lampu di pinggir kolam terpendar dan dari dalam air
mereka seperti berpuluh bintang berserakan diatas sebah lensa cembung yang agak
buram.
“Bintangnya bergerak-gerak” kataku.
Beberapa gelembung air naik ke permukaan.
Pasti dia tidak mendengar, karena kami dalam air.
Dua menit, dan berpuluh bintang.
Hadiah ulang tahun paling manis.
Pulangnya, kami benar-benar menggigil kedinginan.
Perempuan ini, selalu penuh kejutan.
Love you, Drey!
No comments:
Post a Comment